A Quiet Place dan Plus-Minus Main Game Tanpa Suara

A Quiet Place

Sebagai penggemar film, hal menyebalkan adalah ketika saya tak mengikuti satu judul film baru yang sedang hype. Saya ingin menonton sekuelnya tetapi sama sekali belum menonton film sebelumnya. Supaya bisa tetap update, mau tak mau saya mesti menontonnya terlebih dahulu. Saya sedang bicara soal A Quiet Place, film horor Amerika Serikat yang baru saya tonton karena ingin mengikuti sekuelnya yang rilis di Netflix belum lama ini.

Premisnya menarik. Alkisah, sebuah keluarga tinggal di kawasan terpencil. Selama tinggal di sana, mereka tak boleh bersuara sedikit pun. Jika bersuara, beberapa makhluk misterius akan datang dan memangsa siapa saja yang berada di dekatnya. Bersuara berarti mati. Kurang lebih demikian.

Trailer A Quiet Place Part II.

Gambaran tersebut membuat saya berpikir dan sedikit membayangkan bagaimana jika hal seperti itu terjadi di dunia betulan. Saat main game, misalnya, berarti saya harus mematikan suara dong? Kalau dimatikan, bukankah main game jadi hambar dan terasa kurang menyenangkan?

Faktanya, suara adalah salah satu elemen seni dalam video game. Ia memberi bobot emosional yang prosesnya sangat mirip dengan cara kerja musik dalam film. Jadi, suara dalam game bukan hanya pelengkap, melainkan sesuatu yang memang wajib ada hukumnya.

Bahkan, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hadirnya suara, termasuk latar musik, dapat memengaruhi skill gaming kita.

Richard J. Tafalla pernah meneliti hubungan antara musik dalam game dengan pencapaian beberapa orang di game DOOM. Dia menyimpulkan bahwa mereka yang memainkan game tersebut dengan musik aktif meraih poin lebih baik ketimbang yang bermain tanpa musik.

Hal itu terjadi karena musik biasanya disesuaikan dengan adegan tertentu dalam sebuah game. Saya lantas menangkap isyarat, peringatan, atau bahkan petunjuk dari musik-musik tersebut yang kemudian memengaruhi keputusan berikutnya. Apakah harus menyerang, bergerak, dan sebagainya.

Sederhananya begini: Waktu main The Last of Us, pada momen tertentu saya mendengar latar musik yang tiba-tiba mencekam. Di titik itu saya langsung paham bahwa akan ada musuh yang menyerang. Namun, apakah hal seperti ini akan selamanya berlaku?

Beberapa gamer dan pengamat menganggap bahwa karena alasan dan di game tertentu, kehadiran suara justru menimbulkan distraksi, terutama latar musik atau scoring. Musik bisa menjadi gangguan karena berpotensi menjadi pengalih perhatian, alih-alih meningkatkannya.

Dengan begini, menurut Kirk Hamilton dalam artikelnya di Kotaku, melepas headphone atau sebatas mematikan musik adalah keputusan terbaik.

main game tanpa suara?
Foto: RODNAE Productions on Pexels.com

Hamilton sudah memainkan banyak game sepanjang hidupnya. Salah satunya Fallout. Hanya dalam beberapa menit dia sudah merasa tak nyaman. Penyebabnya? Latar musik. Menurut Hamilton, musik di sana tak hanya menghilangkan fokus tetapi juga melenyapkan realitas yang coba disajikan.

Hal demikian juga terjadi kala dia menjajal game God of War II dan Bayonetta. Bahkan, ia juga merasa tergangggu dengan keberadaan efek suara. Dalam keadaan seperti ini, Hamilton akan melepas headphone atau sekadar mematikan speaker miliknya.

“Tiba-tiba, segala sesuatunya terasa jauh lebih mudah dan saya dapat fokus pada misi yang ada. Ini semacam teknik terakhir saya untuk melewati bos yang membuat frustrasi,” tulis Hamilton.

Dengan sudut pandang berbeda, music director untuk beberapa game indie, Ben Prunty, juga berpendapat seperti itu. Ia menilai bahwa terkadang kehadiran musik membuat game menjadi lebih buruk. Jadi, anggapan bahwa game wajib menyertakan musik tidak begitu tepat.

Prunty lantas menyebut Dark Souls. Game yang disebut-sebut sebagai game tersulit di dunia ini memiliki efek suara dan musik yang terbilang minim. Bahkan, pada beberapa momen, kita sama sekali tak mendengar latar musik. Alih-alih membuatnya hambar, ini justru bikin Dark Souls lebih hidup.

“Saat Anda menjelajahi Lordran, Anda terus-menerus gelisah karena Anda tidak tahu apa yang akan terjadi. Apakah area ini lebih berbahaya dari yang sebelumnya? Apakah sesuatu yang sangat besar akan melompat keluar dan membunuhku? Mungkinkah pria yang duduk di tanah itu tidak akan menyerang?” 

“Anda sama sekali tidak tahu; Tidak ada musik untuk memberi petunjuk. Saya tidak bilang bahwa kurangnya musik adalah satu-satunya hal yang membuat game ini tidak nyaman, tetapi tidak hadirnya musik di sana memiliki efek yang sangat kuat pada keseluruhan game,” ujar Prunty.

Barangkali setelah ini saya mesti mencoba main game tanpa efek suara dan musik. Biar lebih maksimal, saya bakal mencobanya setelah menyelesaikan A Quiet Place Part II.

***

Beli voucher Steam Wallet, ya di itemku! Udah hemat, gampang, cepat pula. Langsung cus aja!

Untuk press release, iklan, dan kerja sama lainnya dapat mengirim email ke anggasp@fivejack.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *